Penulis: Johan Satrya / Pemerhati Sepakbola

nusakini.com-Milan-Kemenangan Inter atas Parma dalam giornata ke-23 Liga Italia, Minggu (10/2) dinihari WIB  membuat lega para Interisti. Bagaimana tidak, ini adalah kemenangan dan gol pertama Nerazzurri di tahun 2019 untuk kompetisi Serie A.

Tentu saja mengejutkan. Inter yang meyakinkan di awal harus kembali tertatih-tatih ketika melewati paruh musim. Rentetan hasil buruk ini tentu menimbulkan spekulasi akan adanya pergantian pelatih. 

Bukan Inter namanya jika tak selalu dihadapkan dengan gosip tentang pelatih. Inter memang bukan Arsenal yang bisa setia dengan satu pelatih. Klub yang belum pernah terkena degradasi ini terkenal kerap gonta ganti pelatih. 

Kabar burung ini makin menghiasi surat kabar olahraga karena secara kebetulan banyak pelatih hebat yang sedang mengganggur. Nama besar diantaranya  adalah Antonio Conte, Zinedine Zidane, Laurent Blanc, Arsene Wenger dan tentu saja sang media darling,Jose Mourinho. 

Nama Conte disebut karena saat ini Direktur Olahraga Inter dijabat oleh Giuseppe Marotta yang jebolan Juventus, sama dengan Conte. Sedangkan Mourinho kabarnya disukai oleh Presiden Inter Steven Zhang.

Mourinho yang meraih segalanya ketika bersama Inter tentu  saja menjadi idaman bagi sebagian Interisti. Dengan karakter juara yang dimiliki, the special one diyakini mampu mengeluarkan seluruh potensi Mauro Icardi dan kawan-kawan. 

Jika benar terjadi, apakah Mourinho akan sukses kembali bersama Nerazzurri? Sejak di Porto Mourinho memang selalu meraih trofi bersama klub yang diasuhnya, tapi jika  kembali ke Appiano Gentile, markas Inter, maka dia akan dihadapkan dengan fakta yaitu: tidak ada pelatih comeback yang sukses dalam sejarah Inter. 

Berdasar catatan, pelatih yang pergi lalu kembali lagi menukangi Inter tidak pernah mendapatkan hasil yang mengesankan. Meskipun itu adalah Helenio Herrera. Sukses melahirkan Grande Inter jilid 1, Herrera kembali membesut Inter pada tahun 1973 dan Inter tidak mendapatkan trofi apapun.

Demikian pula dengan Roy Hodgson. Hanya ada  nama Arpad Weisz yang berhasil. Melatih Inter pada tahun 1926 dan 1928, Weisz kembali tahun berikutnya pada 1929. Musim itu, Inter, yang berganti nama Ambrosiana sukses meraih Scudetto. 

Deretan pelatih balik kucing Inter selain nama-nama di atas adalah: Carlo Carcano, Giuseppe Meazza, Giulio Capelli, Alfredo Foni, Aldo Campatelli, Enea Masiero, Luis Suarez dan Luciano Castellini. Foni sukses back-to-back Scudetto pada 1952/1953 dan 1953/1954 harus menerima zero tituli ketika kembali tahun 1968/1969. Foni adalah pelatih yang sukses dengan catenaccio system sebelum Herrera. 

Nama terbaru tentu saja Roberto Mancini. Sukses dari musim 2004/2005 hingga 2007/2008, pelatih yang kini menjadi arsitek tim nasional Italia ini mencatat hasil yang buruk dan nir gelar. Catatan kemenangan Mancini tak sampai 50% dari seluruh laga yang dimainkan. 

Dengan fakta tersebut, memang lebih baik manajemen Inter memberi kepercayaan kepada Luciano Spalletti hingga akhir musim. Jika memang pada akhirnya harus berganti pelatih maka dapat dilakukan di awal musim depan.

Tak perlu Mourinho. Memori indah Mourinho  bersama Inter biarkan tetap indah. Lebih tepat jika Zhang memastikan Diego Simeone at any costEl Cholo adalah figur yang tepat. Pelatih Atletico Madrid ini memiliki curriculum vitae yang sempurna untuk menjadi nahkoda La Beneamata. DNA Inter adalah memiliki pertahanan yang tangguh, ini ada di taktik ex-allenatore Catania tersebut.

Tercatat sebagai mantan pemain Inter dan berkewarganegaraan Argentina menambah kepantasan pelatih berumur 48 tahun ini. Delapan musim menukangi Atletico, sudah waktunya mantan gelandang tangguh ini mencari tantangan yang baru. Dan Inter adalah tempat yang tepat. Inter dan Simeone dapat membuka lembaran baru bersama.